Tampilkan postingan dengan label #10DaysForASEAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label #10DaysForASEAN. Tampilkan semua postingan

5.9.13

Jakarta, The Next Megapolitan City?

Sekretariat ASEAN di Jakarta
Sumber gambar:
http://upload.wikimedia.org
Jakarta yang merupakan ibukota negara Indonesia juga adalah markas Sekretariat ASEAN. Keberadaan markas Sekretariat ASEAN di Jakarta ini merupakan suatu kepercayaan bahwa Indonesia bisa menjadi penghubung antarnegara-negara anggota ASEAN atau Diplomatic City of ASEAN.

Mengapa Jakarta bisa terpilih sebagai Diplomatic City of ASEAN? Apa dampak positif dan negatifnya bagi Indonesia, khususnya Jakarta? Kesiapan apa saja yang perlu dilakukan oleh Jakarta sebagai tuan rumah dari Perhimpunan Bangsa-bangsa ASEAN?

4.9.13

Ya Betul, Unity in Diversity!

Sumber gambar:
http://www.islamicfinder.org/maps/brunei_darussalam.jpg
Pada bulan April 2013 lalu, di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam diselenggarakan KTT ASEAN ke-22. Dalam KTT ke-22 di Brunei Darussalam itu,  tema yang diangkat adalah “Menyatukan Rakyat, Menciptakan Masa Depan” dengan pokok perundingan pembangunan badan persatuan ASEAN yang meliputi tiga pilar, yaitu Persatuan Keamanan, Persatuan Ekonomi, dan Persatuan Sosial dan Kebudayaan. Pembangunan Badan Persatuan ASEAN itu harus dirampungkan sebelum 31 Desember 2015.

Dengan ketiga pilar tersebut, bagaimana cara mencapai tujuan pembangunan badan persatuan ASEAN? Mampukah negara-negara ASEAN mewujudkan tema tersebut, “Menyatukan Rakyat, Menciptakan Masa Depan”? 

3.9.13

Mari Bercermin pada Kebebasan Berpendapat di Filipina!

Dulu, ketika duduk di bangku kelas 3 SMP, saat dengan proses belajar-mengajar, seorang guru IPS melemparkan sebuah pertanyaan.

“Jika seorang anak pejabat negara melakukan tindakan anarkis, kemudian dia terbebas dari hukuman, bisakah kita memprotes hukum?” tanyanya.

Dengan serentak, seisi kelas menjawab, “tentu saja!”

Tiba-tiba guruku itu berkata, “kalian salah. Di era seperti sekarang, hal seperti itu tidak bisa dilakukan. Kalian tahu kenapa? Sebab itu adalah tindakan yang subversif.”

Sumber gambar:
http://forderecord.files.wordpress.com/2012/07/freedom_of_speech.jpg

Sebagai anak SMP, tentu kami bingung. Kok bisa hal itu terjadi. Dan apa pula itu subversif?

Seperti tahu dengan apa yang dipikirkan anak-anak, ibu guruku langsung menjelaskan semuanya, juga tentang arti kata subversif itu sendiri. Namun meskipun semua dijelaskan secara gamblang, apa yang diungkapkan ibu guru IPS-ku itu, hingga sekarang masih menjadi tanda tanya. Benarkah seperti itu?

Menginjak dewasa, saat baru masuk perguruan tinggi, saat itu ketika mahasiswa sedang giat-giatnya turun ke jalan untuk menyuarakan berbagai macam protes terkait kondisi negeri, ajakan para senior untuk ikut berdemo membuat aku dan teman-teman susah menolak. Selain karena takut, rasa kebersamaan dan setuju atas tugas mulia itu mendorong aku dan teman-teman untuk berani membolos jam-jam kuliah. Meski baru sekadar ikut-ikutan, aku dan teman-teman merasa bangga bisa ikut serta. 

2.9.13

Sengketa Wilayah Negara? Hargai Keputusan yang Ada!

Tahun 2015 diharapkan ASEAN menjadi satu komunitas tunggal, yang merangkul seluruh negara di ASEAN.  Namun di antara anggota ASEAN, ada juga yang memiliki sengketa antar negara, terutama terkait dengan perbatasan antar negara. Seperti yang terjadi dengan Singapura dan Malaysia.

Singapura mempunyai sengketa perbatasan dengan Malaysia pada pulau di pintu masuk Selat Singapura sebelah timur. Ada tiga pulau yang dipersengketakan, yaitu Pedra Branca atau oleh masyarakat Malaysia dikenal sebagai Pulau Batu Puteh, Batuan Tengah, dan Karang Selatan. Persengketaan yang dimulai tahun 1979, sebenarnya sudah diselesaikan oleh Mahkamah Internasional tahun 2008, dengan menyerahkan Pulau Pedra Branca kepada pemerintahan Singapura. Namun dua pulau lagi masih terkatung-katung penyelesaiannya dan penyerahan Pedra Branca itu, kurang diterima oleh Masyarakat Malaysia sehingga kerap terjadi perselisihan antar masyarakat.

Bagaimana penyelesaian konflik ini terkait dengan Komunitas ASEAN 2015?

1.9.13

Laos, Negara Anggota ASEAN yang Tak Boleh DIabaikan

Visi ASEAN 2015 adalah menjadi ASEAN komunitas tunggal, baik di bidang ekonomi mau pun politik. Laos, atau Republik Demokratik Laos, meski sudah bergabung dengan ASEAN sejak tahun 1997, namun baru membuka diri seluas-luasnya dengan negara lain pada tahun 2004, dan melakukan kerjasama di berbagai bidang. Peran Republik Demokratik Laos di ASEAN, bisa dikatakan belum banyak berkontribusi, tenggelam di bawah bayang-bayang negara ASEAN lainnya yang semakin maju. Dengan adanya Komunitas ASEAN, diharapkan Laos menjalin kemitraan yang baik dengan  negara ASEAN lainnya.

Jika posisi Anda adalah negara Laos, investasi diplomatik apa yang diharapkan dengan kemitraan yang terjalin dengan dunia internasional, khususnya negara-negara ASEAN?

Peta Laos

Sumber gambar: http://www.lonelyplanet.com/maps/asia/laos/map_of_laos.jpg

31.8.13

Bekerja Sama untuk Menguasai Pasar Dunia? Kenapa Tidak!

Menangkal rasa kantuk untuk mengerjakan laporan adalah salah satu fungsinya yang paling pertama aku kenal. Ya, saat duduk di bangku kuliah itulah, secara resmi, aku mengikrarkan diri untuk menjadi pengguna kopi. Meski saat itu, nikmatnya rasa kopi masih belum terlalu aku mengerti.

Menikah dengan seorang pencandu kopi membuat aku naik tingkat. Dari yang hanya sebatas oportunis, aku menjadi penikmat kopi yang manis. Hehehe, maksudnya, kopi yang aku suka masihlah terbatas pada kopi yang manis. Kopi susu, capucinno, kopi plus krimmer, dan sebangsanya. Adapun untuk kopi hitam, aku masih emoh. Bukan tak enak, tapi efeknya yang terlalu cepat bikin lapar membuat aku menghindarinya. Kalau diperturutkan, bisa-bisa, aku makan besar hingga 7 kali jadinya. Wow, rugi bandar, dong! :D

30.8.13

Visa Wisata, Penting Gak, Sih?

Suatu kali, saat sedang berkunjung ke rumah seorang teman, tiba-tiba si teman tersebut meminta izin untuk pergi. Menurutnya, dia sudah punya janji untuk membuat visa di kedubes Belanda. Tentu saja semua itu harus dilakukan, sebab dalam beberapa bulan ke depannya, dia akan pergi ke Belanda.

Sebagai orang yang tak pernah pelesiran ke luar negeri (duh, kasian banget, ya? haha), aku tentu jadi heran dan bertanya-tanya. Apa sih visa itu? Apa juga bedanya dengan paspor? Tapi, berhubung si teman sedang tergesa-gesa dan aku juga malu bertanya (untung gak tersesat di jalan), akhirnya aku menumpahkan semua tanda tanya itu pada mas Google. Yupp! Aku langsung saja cari tahu semua hal yang aku tidak tahu mengenai visa dan paspor. Ya, barangkali saja nanti punya rezeki bisa jalan-jalan ke luar negeri. Setidaknya kan aku sudah tahu ini – itunya.

29.8.13

Feel Indonesia!

Tiap kali melihat tayangan iklan pariwisata Malaysia di tv, aku selalu galau. Bukan karena ingin berkunjung ke sana, melainkan karena apa-apa yang ditayangkan di sana dipunyai juga di Indonesia. Bahkan tak seujung kuku dengan apa yang dimiliki Indonesia. Malaysia Truly Asia. Begitu katanya. Berani-beraninya mengatakan bahwa Malaysia itu sebenar-benarnya Asia. Tapi, ya itu hak mereka. Dan mau tidak mau, rido tidak rido, tagline iklan pariwisata Malaysia itu cukup sukses dalam hal penyampaian pesannya. Untuk urusan pengaruhnya pada kunjungan wisatawan ke Malaysia gara-gara iklan itu, aku tak mau tahu.

Sumber gambar:
http://puzzleminds.com/wp-content/uploads/2012/10/18-indonesia-tourism-where-are-you-headed.jpg

Menilik tagline Malaysia membuatku melirik tagline terakhir negeri sendiri. Wonderful Indonesia. Ya, tak diragukan lagi, Indonesia memang sangat menakjubkan. Tapi untuk dijadikan tagline, apalagi untuk tujuan mengangkat pariwisata negara kita, Wonderful Indonesia rasanya kurang ‘nancap’ dan kurang membuat penasaran. Karenanya, aku pikir, tagline itu harus segera diganti. 


28.8.13

Memangnya Kenapa Kalau Negara-negara ASEAN Itu Serumpun?

Beberapa hari yang lalu, dalam rangka memeriahkan perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia, di kampungku diselenggarakan sebuah pertandingan sepak bola. Pesertanya sendiri adalah pria-pria muda dari tiap RT. Akibat tim RT tempat rumahku berada kalah, anak keduaku, Radit, marah-marah. Dengan diam-diam, aku pun menyimak perbincangan pendek antara Radit dan kakaknya, Reihana mengenai hal itu.

"Coba kalau Kak Bayu masuk tim kita, kita pasti menang," ucap Radit serius.
"Ya enggak bisa lah. Timnya kan dari masing-masing RT. Kak Bayu kan dari RT 1. Kita mah RT 3, ya pesertanya harus dari RT 3 juga" Reihana nyeletuk.
"Iya, tapi jadinya kan gak adil. RT 1 jago-jago. RT 3 enggak," ujar Radit masih dengan ekspresi yang gemas.
"Ya gimana lagi, aturannya udah begitu, kok!" jawab Reihana mengakhiri percakapan.
***

27.8.13

Salon Thailand di Sebelah Rumah? Jangan Parno, Ah!

Sepertinya bukan rahasia lagi, jika selain penghasil buah-buahan berukuran besar dan berkualitas bagus, Thailand juga dikenal sebagai tempat tujuan wisata ‘permak’ tubuh. Hal ini bisa dilihat hasilnya dari makin kinclong, makin mancung, dan makin seksinya para selebritas di negeri kita pasca-berkunjung ke negara Gajah Putih ini. Meski sebagian ada yang malu-malu, bahkan menapiknya dengan keras, beberapa dari mereka yang terang-terangan, menguatkan dugaan. 

Tak hanya sebatas itu saja, terlepas dari pro dan kontranya, keahlian salon Thailand dalam mengubah jenis kelamin manusia juga terbilang sukses. Belum lagi salon penyedia pijat tradisionalnya yang cukup terkenal, semuanya memberi andil besar bagi Thailand untuk menjadi negara penyedia ‘jasa salon’ yang patut diperhitungkan.

Semakin berbondong-bondongnya pelanggan dari Indonesia yang menyengajakan diri untuk ‘nyalon’ ke Thailand, pasti membuat para pengusahanya berpikir untuk membuka usaha di Indonesia. Jika sekarang hanya beberapa saja yang ‘berani’, setelah dibentuknya Komunitas ASEAN 2015 nanti, mungkin akan terjadi ekspansi. Dan mungkin bisa sampai ke sebelah rumah. Apalagi jika menilik kesiapan negara ini dalam menghadapi Komunitas ASEAN 2015 tersebut. Pemberian kursus Bahasa Indonesia bagi para SDM-nya semakin menguatkan bukti bahwa besarnya jumlah penduduk negara kita sudah menjadi target pasar yang akan dibidiknya. Jika sudah begini, bagaimana dengan nasib salon-salon lokal?